Mencetak 'Smart Farmer' di SMKN 1 Kedawung Sragen: Implementasi Berpikir Komputasional pada Jurusan Agribisnis Ternak Unggas
Mencetak 'Smart Farmer' di SMKN 1 Kedawung Sragen: Implementasi Berpikir Komputasional pada Jurusan Agribisnis Ternak Unggas
Selamat datang kembali👋👋👋
Seringkali masyarakat memandang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang pertanian atau peternakan hanya sebatas tempat belajar mencangkul atau memberi makan hewan. Namun, di SMK Negeri 1 Kedawung Sragen, persepsi itu berubah total.
Sebagai salah satu sekolah kejuruan unggulan di Kabupaten Sragen, SMKN 1 Kedawung berkomitmen mencetak lulusan yang siap menghadapi era Industri 4.0. Salah satu pendekatan modern yang kami terapkan—dan mungkin terdengar asing di telinga orang awam—adalah Berpikir Komputasional (Computational Thinking).
" Lho, apa hubungannya komputer sama ayam? "
" Bukannya itu urusan anak TKJ? "
Di artikel kali ini, kita akan bedah tuntas bagaimana jurusan Agribisnis Ternak Unggas (ATU) di SMKN 1 Kedawung menggunakan pola pikir canggih ini untuk mencetak juragan ayam yang cerdas, efisien, dan anti-gagal.
SMKN 1 Kedawung Sragen: Bukan Sekadar Sekolah Peternakan Biasa
Terletak di wilayah yang strategis, SMKN 1 Kedawung Sragen memiliki fasilitas Teaching Factory (TEFA) yang memadai. Khususnya untuk jurusan ATU, kandang praktik & laboratorium bukan hanya tempat kerja, tapi "laboratorium logika". Di sini siswa dilatih bahwa peternakan modern bukan soal otot, namun soal otak & strategi.
Di sini termasuk juga Berpikir Komputasional. Ini bukan tentang coding di depan laptop, melainkan cara berpikir untuk menyelesaikan masalah peternakan yang kompleks menjadi solusi yang efektif.
Kita akan melihat bagaimana siswa ATU SMKN 1 Kedawung menerapkan 4 pilar Berpikir Komputasional dalam keseharian mereka?
1. Decomposition (Penguraian Masalah) dalam Manajemen Pemeliharaan
Siswa baru sering kaget saat dengar tugas: "Kalian bertanggung jawab memelihara 1.000 ekor ayam broiler sampai panen!"
Terdengar mustahil dan berat, bukan?
Nah, di SMKN 1 Kedawung, siswa diajarkan teknik Decomposition. Mereka tidak melihat "1.000 ekor sampai panen" sebagai satu beban besar, namun memecahnya pun menjadi fase-fase kecil yang terukur:
Fase Persiapan (Pre-Chick In): Fokus ke sanitasi kandang dan persiapan pemanasan.
Fase Brooding (0-14 hari): Fokus ke suhu dan kehangatan.
Fase Growing (Pembesaran): Fokus ke target bobot badan.
Fase Panen: Fokus ke penangkapan dan pemasaran.
Dengan memecah masalah ini , siswa ATU kami belajar bahwa tantangan besar bisa diselesaikan jika dikerjakan langkah demi langkah.
2. Pattern Recognition (Pengenalan Pola) untuk Kesehatan Ternak
Peternak handal adalah mereka yang peka terhadap lingkungannya. Di kandang praktik SMKN 1 Kedawung, siswa dilatih mengenali pola (pattern) perilaku unggas. Ini sama saja dengan skill mahal yang diajarkan di sini.
Contoh penerapannya yaitu melalui
Pola Suara: Siswa bisa membedakan mana suara ayam "nyaman", mana suara ayam "kedinginan", dan mana suara ayam yang sedang sakit pernapasan (ngorok).
Pola Konsumsi: "Pak, biasanya pakan habis 4 karung sehari, kok hari ini sisa 1 karung?"
Siswa yang memiliki kemampuan Pattern Recognition akan langsung sadar: Pola berubah = Ada masalah. Mereka bisa mendeteksi penyakit lebih dini sebelum menyebar ke seluruh kandang.
3. Abstraction (Abstraksi) dalam Analisis Usaha
Salah satu materi tersulit namun terpenting di Agribisnis Ternak Unggas adalah analisis finansial. Di sini, kemampuan Abstraksi diuji.
Abstraksi adalah seni mengabaikan hal yang tidak penting dan fokus pada inti masalah. Saat menghitung keuntungan usaha, siswa diajarkan untuk fokus pada variabel kunci:
FCR (Feed Conversion Ratio): Berapa pakan yang jadi daging?
Mortalitas: Berapa persen tingkat kematian?
Harga Pokok Produksi (HPP).
Siswa diajarkan untuk tidak "baper" atau terdistraksi oleh hal sepele (misalnya warna tempat pakan yang pudar), melainkan fokus pada data-data inti yang menentukan cuan atau rugi. Inilah yang membedakan lulusan SMKN 1 Kedawung dengan peternak tradisional; lulusan kami berbasis data (data-driven).
4. Algorithm Design (Perancangan Algoritma) pada Biosekuriti
Algoritma adalah urutan langkah yang logis. Di dunia peternakan, algoritma ini mewujud dalam bentuk SOP (Standar Operasional Prosedur).
Jurusan ATU SMKN 1 Kedawung sangat ketat soal Biosekuriti. Siswa tidak boleh sembarangan masuk kandang. Mereka harus mematuhi algoritma keselamatan kerja:
Celup kaki di bak desinfektan.
Ganti baju khusus kandang (cattlepack).
Cuci tangan dengan sabun.
Semprot desinfektan ke seluruh badan (spraying).
Baru boleh masuk zona bersih.
Jika langkah nomor 2 dilewati, maka langkah nomor 5 tidak sah. Kedisiplinan menjalankan "algoritma" inilah yang menjaga kandang praktik SMKN 1 Kedawung bebas dari wabah penyakit.
Mengapa Memilih Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 1 Kedawung?
Melalui penerapan Berpikir Komputasional ini, SMKN 1 Kedawung Sragen membuktikan bahwa kami tidak hanya mencetak pekerja kandang. Kami mencetak Manajer, Wirausahawan, dan Inovator di bidang peternakan.
Lulusan kami dibekali kemampuan untuk:
Memecahkan masalah secara mandiri.
Beradaptasi dengan teknologi peternakan modern (Smart Farming).
Berpikir logis dan sistematis dalam mengelola bisnis.
Jadi, bagi Bapak/Ibu orang tua yang ingin anaknya memiliki masa depan cerah di industri pangan yang tak pernah mati, atau bagi adik-adik SMP yang ingin jadi pengusaha sukses yang cerdas, SMKN 1 Kedawung Sragen khususnya Jurusan ATU adalah pilihan yang tepat.
Tertarik diskusi lebih lanjut tentang metode pembelajaran di SMKN 1 Kedawung?
Silakan tinggalkan pertanyaan atau komentar di bawah ini. Jangan lupa bagikan artikel ini jika dirasa bermanfaat agar semakin banyak generasi muda yang sadar bahwa Bertani dan Beternak itu Keren dan Cerdas!
Ditulis oleh: Guru Basuki
Kunjungi artikel lainnya tentang Tips Peternakan di Daftar Isi Blog.
Komentar
Posting Komentar